Camera menyorot seorang nenek tua keliling bawa sanggul tua.
Tiap bertemu seseorang, Nenek tawarkan Sanggul tua, seharga Rp.20.000,-.
Sanggul ini harga duapuluh ribu dan uangnya saya beli obat suami yang sakit.
Tolong bu, saya tidak punya harta lain.
Hanya ini, sanggul tua ini.
Maaf, untuk apa sanggul itu? saya punya banyak.
Jawab ibu cantik pemilik salon di ambang pintu.
Tapi saya butuh duapuluhribu untuk suami sakit
Tolong bu.
Maaf.
Tolong pak duapuluhribu saja.
Untuk menebus resep suami
Lho suami sakit koq kesaya?
Sahut pemilik kelontong di ujung jalan
Saya tidak minta, saya tukar dengan ini
Hanya ini yang dapat diuangkan.
Wah kalau itu istri saya punya lebih bagus.
Maaf.
Nenek menyusuri terik berliku
Roda-roda bergilir saling memburu
Nak, tolonglah
nenek butuh duapuluhribu untuk beli obat suami.
Berpengharapan dapati pemuda gagah
Menggapit istri cantik keluar restoran
Melirik
Acuh
Blam ferosa metalik menutup pintu
Lengan keriput mengusap dahi
Erangan suami pacu semangat
Gontai langkah
Lorong masih panjang
Sengatan mentari membara
Tolong, suamiku lelah
sendiri di rumah
Pias pasi
Nenek.
Jerit penjual jamu gendong
tergesa menyorong lengan menadah
Segelas temulawak manis segar ditenggorokan
Wanita tua menatap penjual jamu muda
Dimana rumah nenek
Perempuan muda kokoh biarkan lengan jadi sandaran
Nenek jual ini untuk beli obat suami
Hanya dupuluhribu, tolonglah nak
Melolong
Nek duduklah, minum lagi ini
Mungkin keuntungan hari ini dapat menolong
Trimaksih nak.
Lunglai.
Nenek.
Bagaimana membantu suamimu.
Diam.
Di pinggir Ciliwung
Ratusan Satpol DKI menggerus rata.
Tiada teriak
tiada langkah
hanya bunyi bolduser
Cermin persegiku jam tanyang usai.
Jakarta, 20 November 2008.
Roberth
( Salut buat om robert !!! )
hore-hore..hebat om robert :s :s :s
hm.... :o